Salah satu fasilitas naik dan turun pesawat yang sesuai dengan PM No. 38 Tahun 2015 adalah penyediaan garbarata atau tangga belalai yang menghubungkan antara pintu masuk pesawat dan bandara sehingga penumpang lebih mudah ketika naik dan turun pesawat.
Teknologi canggih jembatan ini memang sangat membantu penumpang, sehingga tidak perlu turun ke landasan dan berjalan jauh dari pesawat menuju terminal kedatangan. Teknologi canggih garbarata atau airbridge yang saat ini banyak dipakai diciptakan oleh Frank Der Yuen, dan digunakan pertama kali tanggal 26 Juli 1959 di BU San Francisco, USA.
Jika sebelumnya untuk naik turun pesawat banyak yang menggunakan air stair, dan kini sudah mulai beralih menggunakan airbridge. Lebih canggih lagi, alat ini dioperasikan dengan sistem elektronik menggunakan komputer untuk pengoperasiannya.
Fasilitas naik dan turun pesawat ini memang mulai banyak digunakan di bandara-bandara besar yang ada di Indonesia, fasilitas ini memberikan kenyamanan bagi penumpang karena penumpang tidak perlu keluar gedung terminal untuk menyeberang ke pesawat. Akan tetapi, tak semua penumpang bisa menggunakan fasilitas ini, dan akhirnya menggunakan bus untuk sampai ke pesawat.
Kenapa tidak semua jadwal penerbangan menggunakan garbarata? Hal ini karena adanya keterbatasan parking stand. Apabila dipaksakan semua pesawat menggunakan garbarata, dikhawatirkan akan terjadi kekacauan jadwal penerbangan.
Untuk jadwal penggunaan garbatara sendiri sudah ditentukan oleh Pengelola Bandar Udara, sehingga tidak ada intervensi dari maskapai penerbangan. Mulanya, Pengelola Bandar Udara menerima data perihal jadwal penerbangan, baru kemudian menentukan area parking stand mana yang akan menggunakan garbarata, mana yang tidak. Meski begitu, pihak Angkasa Pura tetap menyediakan bus penumpang bagi pesawat yang tidak mendapatkan jatah garbarata.
Kebijakan penggunaan atau tidaknya garbarata di bandara untuk penumpang berlaku untuk semua bandara baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga penumpang tidak perlu kebingungan dengan adanya kebijakan penggunaan garbarata ini.
Teknologi garbarata saat ini juga semakin canggih karena bisa bergerak secara horizontal, bisa memanjang dan bisa memendek, bisa bergerak secara vertikal, naik serta turun, selain itu juga bisa berotasi 175 derajat.
Garbarata dikendalikan menggunakan monitor control desk yang terletak di kabin, pada garbarata ini dilengkapi menggunakan CCTV sehingga bisa memantau keadaan di sekitar garbarata.
Sistem kendali ini terintegrasi dengan peralatan keselamatan serta alat sistem pengendali elektronik yang dinamakan programmable logic controller yang ada di kotak console.
Unit ini harus menghadap ke arah depan dan ada di sebelah kiri depan kabin sehingga operator bisa melihat ke arah pesawat secara jelas saat mengoperasikan garbarata. Pada control console ada semua peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan serta memonitor garbarata. Operator harus benar-benar memahami semua fungsi alat kontrol tersebut agar bisa mengoperasikan garbarata dengan baik karena fitur-fiturnya banyak yang menggunakan bahasa inggris.
Meski dalam keadaan hujan maupun diterpa pantulan sinar matahari, fitur-fitur yang ada di layar monitor control console tetap bisa terlihat dan terbaca dengan jelas. Pengoperasiannya juga canggih karena menggunakan touch screen sehingga mempermudah operator.
Itulah serba-serbi mengenai garbarata atau belalai gajah, salah satu fasilitas naik dan turun pesawat untuk mempermudah penumpang masuk atau keluar pesawat tanpa harus turun ke landasan.